Guideku.com - Kamu pecinta kopi luwak? Pernahkah menelisik lebih dalam kopi luwak yang kamu sesap?
Benarkah kopi luwak yang kamu minum diproses dari biji kopi asli dan terfermentasi dengan melintasi pencernaan luwak?
Laila Dimyati, anggota Palembang Berkebun sekaligus pecinta dan pengamat kopi melalui akun Twitternya, lailadimyati, membagikan hasil amatannya soal kopi luwak termutakhir di Indonesia.
Baca Juga: Pengabdi Diskon, Orang Ini Pakai Kupon 36 Tahun Demi Potongan Rp 2 Ribu
Jangan kaget, sebab dari temuannya, Laila mensinyalir sekitar 95 persen kopi luwak yang beredar di Indonesia merupakan hasil permainan manipulatif para tengkulak.
''Sesuai janji, aku mau kasih cerita tentang kenapa kemaren aku sebut 95% kopi luwak yg beredar di Indonesia kemungkinan tipu-tipu,'' tulis Laila.
Baca Juga: Video Intimnya Tersebar, 5 Gaya Liburan Christabel Chua Bikin Geregetan
Hasil pengamatan ini menurut Laila ia peroleh dari diskusi panjang bersama beberapa pegiat kopi tersohor dan berpengalaman di Indonesia.
''Sebelumnya, aku tegaskan sekali lagi, ini hasil pengamatan & pengalamanku sebagai coffee green bean buyer & Q grader, dari hasil perbincangan dgn bbrp pemain kopi besar dan lama di Indonesia & beberapa bacaan. Tidak utk menyudutkan pihak tertentu, aku hanya memaparkan yg aku tau,'' lanjutnya.
Sebagai catatan, luwak merupakan hewan nokturnal yang beraktivitas di malam hari dan kerap memakan hewan kecil serta tumbuhan.
Baca Juga: Allahu Akbar! Teriak Kopilot Sebelum Lion Air JT 610 Jatuh
Keberadaannya sering diidentikkan sebagai hama sebab luwak memakan buah yang telah matang. Tak terkecuali kopi. Aroma manis dari biji kopi membuat luwak senang menyantapnya.
Biji kopi yang matang akan dimakan Luwak namun tidak semua bagian tubuh kopi ia santap, sebab luwak tetap menyisakan bagian kulit tanduk (parchment) yang kelak berfungsi sebagai pelindung biji kopi dari feses luwak.
Baca Juga: Menelusuri Rimba Menakjubkan Taman Nasional Laiwangi Wanggameti di Waingapu
Pengolah kopi kemudian akan mencuci feses ini, memisahkan biji kopi, menjemurnya, memecahkan kulit tanduk, lantas menjemur kopi telanjang sebelum dipanggang.
Melalui tweet panjang yang menjelma thread khusus tentang kopi luwak tersebut, Laila menjelaskan sekilas pengalamannya bersentuhan dengan kopi luwak, dari rasa, perjuangan luwak yang dipaksa untuk menghasilkan biji kopi via pencernaannya hingga bermacam amatan lainnya.
Laila kemudian menjelaskan inti tweet panjang lebarnya dengan menceritakan pengalamannya soal kopi luwak di berbagai daerah selama ini.
Ia menceritakan mengapa di Bali ada begitu banyak kafe yang menjajakan kopi luwak.
''Oke, jadi dari mana kah asal kopi luwak yg bisa ada di banyak tempat di sepanjang tempat wisata di Bali? Jawabannya adalah kemungkinan besar kopi yg dijual itu bukan kopi yg difermentasi oleh luwak, melainkan cara lain yang diakui sebagai kopi luwak. Aku jelaskan 1-1 yg aku tau,'' tulis Laila.
Laila mengaku pernah melihat seorang produsen kopi luwak nakal yang memanipulasi kopi buatannya agar sedemikian mirip dengan kopi luwak.
''Di Bali, aku menyaksikan produsen nakal mengupas kulit kopi, lalu menjemur ceri kopi yg masih ada lendirnya (mucilage). Saat lendir hampir mengering, mereka mengepalkan kopinya sampe berbentuk seperti faeses luwak. Pdhal sejatinya proses ini adl proses yellow honey,'' lanjut Laila.
Tak hanya di Bali, di Lampung pun Laila pernah menyimak proses manipulasi dilakukan dengan cara yang berbeda.
''Di Lampung, persis seperti yg @Zukrilzaed (seorang temannya-red) katakan, produsen nakal mengupas kulit ceri kopi, menambahkan pisang muli yg dihancurkan, lalu dijemur diatas terpal. Terciptalah kulit luar yg mirip red honey,'' ungkapnya.
Sementara di Sumatera Utara, Laila pernah melihat biji kopi yang difermentasi dengan kotoran sapi, dibentuk sedemikian rupa dan dijual atas nama kopi luwak liar.
''Di Sumut, aku pernah lihat sendiri, ceri kopi yg sudah dikupas, dicampur dengan kotoran sapi dan lumpur. Dibentuk lonjong, dijual dengan diakui sebagai kopi luwak liar,'' ujar Laila.
Lantas, mengapa ada begitu banyak kopi luwak palsu yang beredar di masyarakat?
''Jawabnya karena: 1. Tidak ada kontrol ketat dari pemerintah 2. Karena uji lab utk menentukan apakah kopi tersebut beneran kopi luwak / bukan masih terbatas di Indonesia 3. Kopi luwak dibeli utk ceritanya, bukan rasanya,'' tegas Laila.
So, gimana menurutmu?