Guideku.com - Dinding-dinding tebing di tepi selat yang menghubungkan Pulau Arguni dan Distrik Kokas, Fakfak, Papua Barat itu dipenuhi dengan cap tangan manusia berwarna merah darah.
Situs itu dikenal sebagai Situs Purbakala Tapurarang. Untuk mencapainya kita harus menumpang perahu masyarakat setempat.
Tak hanya cap tangan manusia, kita juga bisa menyaksikan gambar hewan macam buaya, kelabang dan ikan yang tersebar di banyak titik.
Baca Juga: Luluh Lantah Akibat Nuklir, ini 7 Penampakan Kota Mati Pripyat
Lukisan yang diduga telah berada ribuan tahun lalu itu tak memudar sekalipun udara dan ombak menghantam tebing karang.
Konon lukisan tersebut merupakan buah kutukan seorang nenek yang menjelma setan kaborbor, masyarakat setempat mengenalnya sebagai penguasa laut paling menyeramkan.
Masyarakat memercayai sang nenek merupakan korban kapal karam yang enggan diselamatkan warga yang menetap di sekitar tebing ribuan tahun lalu.
Baca Juga: Rumit dan Anggun, Memahami Kuil Sanctuary of Truth di Thailand
Nenek yang murka melemparkan kutukan pada mereka. Warga menjemput maut dan meninggalkan sisa derita mereka pada dinding-dinding tersebut.
Cerita turun temurun itu lamat ditelan dari generasi ke generasi termasuk menyoal keberadaan tengkorak di sekitar tebing.
Versi yang lebih masuk akal meski tak dapat dipastikan kebenarannya ini dipercaya berasal dari ganasnya perang suku saat itu.
Baca Juga: Menyisir Hutan Demi Nikmati Pesona Air Terjun Lider di Banyuwangi
Tatkala, para lelaki tengah pergi dari desa, musuh menyerbu pemukiman warga di daerah tebing.
Wanita dan anak-anak tak berdosa jadi sasaran perang tersebut.
Konon, mayat mereka diletakkan di sekitar area tebing, sebagai peringatan tragedi berdarah tersebut.
Baca Juga: 7 Alasan Mengapa Hangzhou Layak Jadi Tuan Rumah Asian Games 2022
Masyarakat yang menganggap tempat itu begitu sakral bahkan tak berani mengubah dan memindahkan letak tulang belulang itu hingga hari ini.
Untuk dapat menuju ke Situs Tapurarang, sebelum kita menumpang perahu nelayan setempat, kita harus bertolak dari Kota Fakfak, menyisir perjalanan darat, menembus hutan menggunakan mobil maupun angkot menuju Distrik Kokas.
Gimana kamu tertarik mengunjungi situs bersejarah ini?