Guideku.com - Jelang digelar pada Februari mendatang, Festival Bau Nyale merupakan sebuah tradisi yang telah dijalankan secara turun menurun oleh masyarakat Nusa Tenggara Barat, khususnya Lombok.
Agenda utama dari festival yang diselenggarakan di kawasan Lombok Tengah ini adalah menangkap nyale atau cacing laut yang datang ke pesisir pantai.
Setahun sekali, masyarakat berbondong-bondong terjun ke Pantai Seger, Lombok Tengah, guna menangkap sebanyak-banyaknya cacing laut yang dipercaya sebagai jelmaan seorang putri.
Baca Juga: Disebut Jadi Biang Virus Corona, Begini Kondisi Pasar Wuhan Sebelum Ditutup
Lalu siapakah putri yang dimaksud dan bagaimana asal mula tradisi ini?
Berikut Guideku.com rangkum deretan fakta menarik di balik tradisi Bau Nyale.
1. Pengorbanan Putri Mandalika
Baca Juga: Tradisi Menangkap Cacing, Puncak Bau Nyale 2020 Dipindah ke Tanjung Aan
Dikisahkan, Putri Mandalika merupakan seorang putri yang berparas cantik nan jelita. Kecantikannya ini memikat para pangeran dan membuat sang putri banjir lamaran.
Sang putri pun gusar untuk menjatuhkan pilihan karena takut akan ada pihak yang kecewa dan dapat memicu kekacauan di masyarakat.
Atas dasar itu, di hadapan para pangeran yang ingin meminangnya, Putri Mandalika pun memilih untuk mengorbankan dirinya dengan terjun ke laut hingga akhirnya berubah menjadi nyale atau cacing laut.
Baca Juga: Nggak Punya Malu! Turis Ini Terciduk BAB di Tempat Wisata
2. Pantai Seger tempat munculnya sang putri
Pantai yang terletak di garis laut Lombok Tengah bagian selatan ini dipercaya oleh masyarakat Lombok sebagai tempat pengorbanan diri Putri Mandalika guna menjaga kedamaian di tanah Lombok.
Kala itu, Putri Mandalika mengumpulkan para pangeran yang melayangkan lamaran kepadanya di Pantai Seger guna mendengar pengumuman siapa yang lamarannya akan dipilih oleh sang putri.
Alih-alih memilih satu, sang putri malah menyebut ia menerima semua lamaran dan kemudian terjun ke laut. Di antara debur ombak pantai berpasir putih itu, konon para pangeran berebut nyale atau cacing laut warna-warni yang dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika.
3. Ritual Sangkep Warige
Ritual Bau Nyale tidak dilangsungkan pada tanggal yang sama setiap tahunnya. Pelaksanaan tradisi ini harus mengacu pada keputusan Sangkep Warige.
Sangkep Warige sendiri merupakan sidang adat yang dilakukan untuk menentukan tanggal Bau Nyale, mengacu pada penanggalan Suku Sasak.
Dihadiri oleh tokoh empat penjuru mata angin, Sangkep Warige diadakan di Dusun Adat Ende, Sengkol Pujut, Lombok Tengah.
4. Khasiat Nyale
Masyarakat percaya nyale atau cacing-cacing laut yang diyakini sebagai jelmaan Putri Mandalika ini membawa keberkahan.
Bukan tanpa sebab, hal ini karena nyale yang merupakan cacing kelas polychatea ini dapat ditebarkan ke sawah sehingga membawa kesuburan bagi tanah.
Selain itu, nyale juga dapat dijadikan santapan yang tinggi akan gizi serta baik untuk kesehatan.
Bagaimana? Sudah siap untuk berbasah-basahan di laut dan bertemu dengan jelmaan Putri Mandalika?